Jumat, 17 April 2015

Pentingnya Menghemat Energi

Menghemat EnergiDi sebuah kota, terdapat keluarga yang kaya raya, dan mempunyai anak tunggal bernama Rani. Rani adalah anak smp berusia 13 tahun yang selalu memikirkan dirinya sendiri, egois, penakut, juga tidak pandai dalam menghemat energi. Ia sangat tidak peduli dengan listrik. Karena ia pikir buat apa dipikirin, bukan ia ini yang membayar. Lagipula ia mempunyai kedua orangtua yang kaya raya, jadi biarkanlah orang tuanya yang menanggung kebutuhannya, serta listrik yang dipakainya. Rani juga  selalu menganggap dirinya benar dan merasa semua hal yang ada pada dirinya penting.
Langsung saja ke ceritanya.. Cek it dot…
  “Rani… Kenapa siang-siang begini semua listrik menyala? Berapa kali sih mami nasihatin kamu untuk menghemat listrik?” Nasihat Ibu Rani.
 “Mami… Listrik kan untuk kebutuhan Rani, tanpa listrik Rani tidak bisa beraktivitas. Lagipula kan Mami sama Papi kaya. Jadi berapapun pengeluaran listrik ga masalah mahal atau nggaknya.” Balas Rani agak panjang.
  “Tapi tidak berlebihan juga.. Pakailah sebutuhnya saja. Walaupun kita kaya, kita juga harus bersedekah, menolong orang, juga menghemat kebutuhan sehari-hari.”
  “Terserah Mami deh.”  Dengan nada sebal Rani pun memberanikan diri untuk menanggapi omongan ibunya.
Setiap hari, Rani selalu dinasihati ibunya untuk menghemat listrik. Tetapi ucapan ibu Rani tidak ada satu pun yang dilaksanakannya (Masuk telinga kiri keluar telinga kanan). Ibu Rani sangat kesal karena sikap Rani yang egois dan memikirkan dirinya sendiri.
1 bulan kemudian Orangtua Rani bangkrut.  Untungnya Orangtua Rani mempunyai simpanan uang untuk makan sehari-hari. Rani tidak mengetahui itu karena Orangtuanya tidak ingin memberitahukan saat ini kepada Rani. Orangtua Rani sangat panik ketika listrik sudah hampir habis.
Sore hari tepatnya menjelang malam minggu. Yang tadinya Rani ingin malam mingguan bersama pasangannya, akhirnya tidak jadi karena mendadak mati listrik (tanda pulsa listrik sudah habis). Rani yang sedang ingin mandi pun kaget dan berteriak.
  “Mamiii!!! Listriknya mati. Rani takut gelap-gelapan.” Karena takut, Rani berteriak sambil menghampiri ibunya.
  “Ranii.. Maaf mami baru bilang sekarang. Sebenarnya Mami dan Papi bangkrut dan hanya mempunyai persediaan uang sedikit. Untuk makan kita sehari-hari. Kan mami sudah pernah bilang, pakailah listrik sebutuhnya saja. Jika sudah tidak dipakai matikan dan jangan ditinggalkan begitu saja.”
  “Mamii maafkan Rani yaa. Rani selama ini salah. Seharusnya Rani mendengarkan perkataan mami. Sekarang Rani tahu bahwa listrik itu sangat bermanfaat ketika dipakai, tetapi merugikan ketika tidak berfungsi. 
  “Yasudah tidak apa-apa. Jangan sesali perbuatan yang sudah berlalu. Tapi lain kali hemat listrik ya…


Itulah kisah Rani. Anak yang sangat boros dengan listrik. 

Buat semuanya, janganlah kita menyia-nyiakan perkataan orang yang sudah menasihati kita. Dan pakailah listrik sebutuhnya saja. Penyesalan memang selalu datang di akhir. Tetapi ingatlah selalu, bahwa HEMAT adalah kata yang sangat bermakna. 

6 komentar:

  1. wah bagus bener ceritanya.. lol :-bd keren,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima Kasih Wati :) Sering-sering berkunjung ya ke Blog kami :) Insyallah kami akan menampilkan cerita yang lebih banyak lagi :)

      Hapus
    2. Ajak teman-teman yang lain juga untuk berkunjung ke blog kami. kami sangat senang jika banyak yang berkunjung dan membaca cerita-cerita kami... Disarankan untuk meninggalkan komentar di blog kami. Terima kasih banyak :)

      Hapus
  2. Dengan membaca cerita ini saya jadi ingin selalu menghemat energi di rumah saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow itu bagus sekali.. Terima kasih ya telah membaca cerita kami :) Semoga tertarik dan ingin terus membaca cerita kami :)

      Hapus
  3. Ceritanya bagus, btw terimakasih ka sudah membuatkan cerpen seperti ini🙏

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan baik dan sopan.